Senin, 05 April 2010

Tak Ada Yang Bisa


Ini kisah persahabatanku. Suka duka kita lewati bersama. Selalu setia, saling jujur, saling terbuka, rela berkorban, dan tidak egois itulah janji kami. Persahabatanku sudah hampir 3 tahun. Pernah kami berantem dan saling benci namun itu hanya berjalan 3 hari saja, karena kami gak betah sama yang namanya berantem dan itu pun karena hal sepele.
Di tahun ini adalah perpisahan buat kami. Karena kami akan lulus dari SMP dan beranjak ke SMA. Kami pribadi juga sedang serius dengan konsentrasi belajar. Tapi kami sediakanlah waktu luang untuk saat-saat berkumpul bersama, selain di sekolah dan jalan-jalan.

***
Hari ini hari minggu jadi kami sudah janjian untuk jalan-jalan. Aku pun beres-beres kamar lalu merapihkan baju dan celanaku, karena aku gak mau dibilang gak rapih seperti jalan-jalan minggu kemarin.
“Mah, aku pergi dulu ya,” pamitku pada Mamah tersayang.
“Hati-hati ya, sayang.”
“Pastinya Mah,” aku meyakinkan Mamah lalu mencium tangan Mamah.
Aku pun langsung menuju tempat janjian kami yaitu di Taman Kompleks. Saat ku sampai di tempat tujuan, ternyata baru aku yang datang. Kukira yang lain sudah datang.
“Tumben ya kok belum pada datang,” aku bingung harus ngapain dulu, dan seketika kulihat jam tanganku, ternyata aku kecepetan datangnya soalnya baru jam setengah 9 pagi padahal kan janjiannya jam 9.’Ah.. gak papalah yang penting panas matahari belum datang, masih awan aja yang cerah’ ucapku tenang dalam hati lalu duduk dibangku Taman yang sudah memang ada dari dulu untuk menunggu yang lainnya.
Beberapa menit kemudian kulihat jam tanganku lagi.
“Yah.. masih kurang 15 menit lagi,” risihku menunggu di bangku dari tadi seperti orang bego.
Dan tak lama kemudian Neng dan Dian datang. ‘Untunglah mereka datang. Gak papa walaupun baru 2 orang’ tenangku lagi dalam hati.
“Tumben Cus lu yang datang duluan, kan biasanya lo yang terlambat,” canda Dian sambil membetulkan kacamatanya.
“Gue kecepetan. Gue tadi datang jam setengah 9,” aku memberi alasannya tapi mereka hanya tertawa saja.
“Ketawa aja terus,” cemberutku dengan menopang daguku dengan tangan kiri.
“Ihh.. Cicus ngambek,” goda Dian yang masih ada nada tawa.
“Siapa yang ngambek?!” kujulurkan lidahku pertandaku mengejek Dian.
“Eh, btw lu kok jadi rapih gini, Cus?” heran Neng melihat pakaianku dari atas sampai bawah.
“Iya dong. Gue takut dikritik sama kalian,” jawabku dengan nada ke ge-eran.
“Uu.. dasar. Eh, Neng duduk yuk! Capek nih!” ajak Dian lalu duduk bersebelahan dengan Neng.
“Eh.. tu si Rheny, Timur, Tya and Friska,” beritahuku pada Dian dan juga Neng.
“Hey! Udah semuanya kan? Udah yuk berangkat!” ucap Rheny ketika sampai di tempat janjian.
“Ayuk!” jawab semuanya serentak.
Kami pun berangkat menuju satu tujuan yaitu nonton.
“Pada bawa duit lebih semua kan?” Tanya Rheny menunjuk satu-satu dari Friska.
“Lebih ya pastinya dong!” jawab Friska.
“Yoyoi,” jawabku ketika Rheny menunjukku.
“Kalo lu Ian?” Tanya Rheny menunjuk Dian.
“Tar dulu ya.. gue liat,” Dian mengorek-ngorek tasnya.”Ichh.. Wouw lebih dong!” jawab Dian.
“Lo Neng?” Tanya Rheny pada Neng.
“Yapz..”
“Tya?” Tanya Rheny lagi.
“Ahaa..yoi,” jawab Tya dengan gaya tomboinya.
“Gue pasti dong. Timur gitu,” jawab Timur tertawa.
“Kalo lu Rhen??” Tanya serentak aku dan yang lain. Seketika berhenti dan menatap Rheny dengan serius.
“Pasti gak deh!” tebakku.
“Waduhh.. bahaya dong!” bingung Timur.
“Enggak!!” jawab Rheny dengan sedikit senyuman.
“APA??” serentak aku dan yang lain dengan tampang kaget masing-masing.
“Tipu deng!” canda Rheny begitu saja langsung kabur.
“Ihh.. Rheny dasar you nakut-nakutin aja!” kesal Dian mengejar Rheny hingga di tempat pemberhentian angkot.
Saat sampai di tempat tersebut kami semua pun menaiki angkot yang bertujuan ke tempat kami nonton.
1  jam kemudian kami sampai pada tempat kami nonton.
“Akhirnya sampe juga. Sesek gue tadi di dalem angkot,” legaku saat turun dari angkot.
“Maksud lo?” Tanya Friska tak mengerti.
“Emang lu gak ngerasa ya tadi pas di angkot ada bapak-bapak yang ngerokok di samping gue. Dia itu ngerokok gitu aja tanpa mikir perasaan orang.”
“Ouwh.. ya, udahlah kita masuk yuk!” ajak Friska.
“Tapi Fris gue sesek abis tau and..”
“Udah ayuk!” ajak Friska menarik tanganku dan memotong pembicaraanku.
Dengan kompaknya kami memasuki sebuah mall yang besar dan luas. Padahal udah berkali-kali kami memasuki mall tersebut tiap minggu.
Saat di dalam mall kami diliat oleh orang-orang, habis kami tuh ketawa melulu gak ada henti-hentinya. Itu juga karena si Timur selalu buat kami ketawa.
Tak lama kemudian kami sampai di tempat pembayaran karcis untuk menonton. Kami sih nontonnya film barat yang bernuansa romantis. Gak yang serem-serem, kan lagi marak-maraknya tuh film-film horor di Indonesia. Saat menonton kami duduk berderet dengan makanan dan minuman yang sudah kami beli di luar.

***
Sekitar 2jam film pun selesai.
“Cuy seru juga ya filmnya,” ucap Dian ketika keluar dari bioskop.
“Iya seru abiss.. oh ya btw habis ini ngapain nih makan dulu apa mainan dulu?” Tanyaku pada yang lain.
“Gimana kalo mainan dulu,” ucap Rheny.
Aku dan yang lain pun setuju lalu kami menuju tempat permainan.
Sesampai di tempat permainan.
“Eh, naik Roller Coster yuk!” ajak Tya dengan penuh keyakinan.
“Ihh.. gue takut tau!!” takut Dian sambil menggigit kukunya.
“Kebiasaan!!” ucapku dan yang lainnya pada Dian.
“Tapi kan gue takut!”
“Kayaknya setiap kali pengen naik Roller Coster ada aja kata takut,” ejekku.
“Gimana ya?” bingung Dian.
“Udah ayuk kali ini lu harus coba jangan kayak minggu-minggu kemarin!” Tya menarik tangan Dian begitu saja hingga duduk di tempat Roller Coster.
“Ihh.. gue takut,” Masih aja ada ketakutan di hati Dian.
“Kalo lu takut, lu harus tenang,” Tya menyarankan.
Dan Roller Coster pun berjalan. Saat berjalan, berputar, belok tak ada henti-hentinya Dian teriak-teriak..waduhh.. seperti ketemu setan aja.
Putaran pertama selesai dan Dian sudah kapok dan gak mau meneruskannya lagi. Roller Coster pun berjalan lagi. Untunglah gak ada teriakan sekeras Dian.

***
“Ah.. Dian mah payah. Gitu doang masa teriak,” sindir Rheny dengan tawa.
“Ihh.. lo kan juga teriak!” balas Dian.
“Tapi kan gak sekeras elo.”
“Ya udah deh Dian mah ngalah aja,” Dian ngalah begitu saja.
“Sekarang kita makan yuk!” ajakku pada teman-temanku.
“Iya nih udah laper,” jawab Neng dengan mengelus perutnya.
“Uu..!!” sorakku dan yang lain pada Neng lalu menaikki Ekskalator.
“Ihh.. biarin.”
Kami pun sampai pada lantai 2 dimana terdapat makan.
“Eh, duduk dimana nih?” Tanyaku pada yang lain.
“Sini aja kayaknya lebih enak, sambil ngeliat orang yang histeris naik Roller Coster,” jawab Rheny menunjuk tempat tersebut.
“Ya, udah yuk!” Tya pun mengikut apa kata Rheny.
“Eh, siapa nih yang mau pesan?” tanyaku pada lainnya lalu duduk.
“Gue aja deh!” jawab Friska cepat.
“Gue ikut dong!” ngikut Timur. lalu Friska dan Timur ke tempat biasanya aku dan teman-temanku pesan makanan dan minuman.
Tak lama kemudian makanan dan minuman pun tiba.
“Ini makanannya my plend,” Friska menaruh makanan yang sudah dipesan, begitu juga Timur. Tapi mereka tidak berdua ada 2 pelayan yang mengantar makanan dan minumannya.
Kami pun mulai makan hingga lahap. Ya.. itu sih bukan aku tapi si Dian and Neng. Sambil makan kami ngobrol, becanda, tertawa, hingga keselek.
“Ufh.. akhirnya selesai,” ucapku lalu meminum Capuccinoku.
“Eh, cuy ada yang mau gue omongin ke kalian,” Rheny memberitahu pada aku dan yang lain.
“Apaan?” Tanya Dian sedikit merapihkan rambutnya dan kacamatanya.
“Ehm.. bentar lagi kan kita lulus, kita juga udah bersahabat lama banget. Jadi jangan sampai ya kita lost contact,” jelas Rheny.
“Pastinya Rheny,” ucapku lalu menaruh tanganku di meja.
“Gue gak mau kehilangan kalian,” ucap Rheny menundukkan kepalanya.
“Gue juga, Rhen,” Dian memegang bahu Rheny.
“Gue juga. Gak mau kehilangan lo, Dian, Neng, Friska, Timur, and Tya,” ucapku melihat satu-satu dari nama yang kusebut.
“Rheny, kita gak bakalan lost contact kok,” Friska memeluk Rheny.
“Iya, Rhen, dan pastinya kalo kita punya nomor baru kita harus kasih tau. Kan kita kalo kangen-kangenan bisa lewat sms atau ketemuan,” Terang Timur tersenyum.
“Janji?” Tanya Rheny menaikkan kepalanya.
“Enggak,” ucapku dan lainnya serentak.
“Katanya??” bingung Rheny.
“Tipu deng!!” serempak lagi aku dan lainnya lalu kabur dengan begitu cepat.
“Impas ya, Rhen!” ucap Friska menegok ke belakang sambil berlari.
“Ihh..,” kesal Rheny lalu mengejar aku dan yang lain.
Dan sampailah Aku, Dian, Timur, Neng, Friska, Tya kemudian Rheny di luar mall.
“Plend kita tetep janji kan?” Tanya Rheny ngos-ngosan.
“Ya..kita selalu bersama,” ucap Dian menjulurkan tangannya di depan.
“Kita selalu setia,” Ikut Tya.
“Saling terbuka,” kemudian Aku.
“Saling jujur,” menyusul Friska.
“Tidak egois,” kemudian Rheny.
“Saling percaya,” ucap Neng menyusul.
“Dan rela berkorban,” dan terakhir Timur.
“Tak ada yang bisa mengancurkan persahabatan kita, tak ada yang bisa memisahkan kita dan tak ada yang bisa memutuskan tali persahabatan kita karena kita selalu bersama. Yeah..!!” serentakku dan yang lain. Dan kami pun meloncat.
Dimana pun kami berada, dimana pun kami tinggal kami tetap satu. Walau kami akan berpisah tapi tak ada yang bisa menghancurkan persahabatan kita.
Semoga kami selalu bersama selalu dan selamanya ucapku dalam hati.

********

By: Fransiskus Sia Muliardi S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1. Tolong beri komentar
2. Follow blog duniafranz.blogspot.com
3. Jangan Lupa mampir lagi
4. Jangan Lupa Di Share Postingannya
5. Terima Kasih