Kasus Raffi Ahmad yang dinyatakan positif methylone cukup menggemparkan. Belakangan muncul pertanyaan dari masyarakat, apakah methylone ini merupakan zat yang terkandung dalam vitamin yang dikonsumsi Raffi? Asumsi ini muncul karena Raffi terbiasa minum vitamin untuk menjaga kondisi tubuhnya.
Wajar jika banyak orang khawatir ada pil vitamin yang mengandung methylone. Zat ini sangat berbahaya dan dalam beberapa kasus, pengonsumsinya mengalami suhu tubuh tinggi, hyponatremia (darah encer), denyut jantung tak beraturan, dan kejang-kejang. Serangan jantung dan gagal organ tidak jarang terjadi dalam masa perawatan. Namun, Guru Besar UNS Prof Dr dr Muchsin Doewes, MARS, PFarK menegaskan, Methylone berbeda dengan vitamin. “Vitamin itu tidak ada apa-apanya dan bukan doping. Hanya saja mungkin orang curiga, dia (Raffi) kan aktivitasnya tinggi tetapi tidak capek, sehingga dicurigai ada zat yang masuk. Tapi kita tidak tahu apa yang dikonsumsi,” katanya.
Jika yang dikonsumsi methylone, lanjutnya, memang seperti ekstasi. Orang yang meminumnya akan merasa kuat dan tidak capek, dan pilnya bersifat adiktif (candu). “Jadi methylone bukan vitamin,” tandasnya.
Muchsin kembali menegaskan, vitamin bukan doping. Suplemen vitamin hanya diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkan saja, seperti ibu hamil (umumnya mendapat tambahan vit. B-12), ibu menyusui, pekerja keras, orang sakit yang mengalami kekurangan vitamin, dan penderita anemia. Ibu hamil perlu tambahan vitamin karena kebutuhannya memang meningkat.
Masyarakat umum yang memang sehat tak perlu meminum multivitamin tambahan, sebab konsumsi makanan sehari-hari seharusnya sudah memenuhi kebutuhan vitamin.
Muchsin mencontohkan, orang-orang di pedesaan tetap sehat dan kuat beraktivitas naik turun bukit meski tidak mengonsumsi multivitamin. Ini karena mereka telah memperoleh kebutuhan vitaminnya melalui konsumsi makanan sehari-hari, baik dari beras, sayur-sayuran, buah.
“Apakah sekarang ada ibu hamil mengalami beri-beri karena kekurangan vitamin B? Jarang sekali. Juga tidak ada ibu hamil kurang vitamin C, karena Tuhan telah menyediakan vitamin yang dibutuhkan tubuh melalui makanan,” jelasnya.
Muchsin juga mengatakan tidak mungkin ada zat berbahaya dalam suplemen vitamin, sebab vitamin sifatnya co-enzim, hanya sebagai alat bantu dan membantu metabolisme. Kandungan dalam vitamin A, D, E, K larut dalam lemak, dan vitamin B dan C larut dalam air. Kalau kebanyakan mengonsumsi vitamin yang larut dalam air tidak berbahaya, karena akan dibuang melalui proses alami. Tetapi kalau kebanyakan vitamin yang larut dalam lemak ada risikonya, yaitu hipervitaminosis.
Muchsin menegaskan, yang perlu diperhatikan adalah jangan jadikan vitamin sebagai doping atau obat kuat. Vitamin juga tidak meningkatkan prestasi seperti sering diungkap dalam iklan. “Jadi tak perlu dibesar-besarkan. Tidak ada orang meninggal karena tidak minum multivitamin,” kata guru besar belatarbelakang pendidikan Spesialis Farmakologi UGM, S2 Kajian Administrasi Rumah Sakit UI Jakarta, dan S3 Ilmu Kedokteran OR Unair Surabaya.
Wajar jika banyak orang khawatir ada pil vitamin yang mengandung methylone. Zat ini sangat berbahaya dan dalam beberapa kasus, pengonsumsinya mengalami suhu tubuh tinggi, hyponatremia (darah encer), denyut jantung tak beraturan, dan kejang-kejang. Serangan jantung dan gagal organ tidak jarang terjadi dalam masa perawatan. Namun, Guru Besar UNS Prof Dr dr Muchsin Doewes, MARS, PFarK menegaskan, Methylone berbeda dengan vitamin. “Vitamin itu tidak ada apa-apanya dan bukan doping. Hanya saja mungkin orang curiga, dia (Raffi) kan aktivitasnya tinggi tetapi tidak capek, sehingga dicurigai ada zat yang masuk. Tapi kita tidak tahu apa yang dikonsumsi,” katanya.
Jika yang dikonsumsi methylone, lanjutnya, memang seperti ekstasi. Orang yang meminumnya akan merasa kuat dan tidak capek, dan pilnya bersifat adiktif (candu). “Jadi methylone bukan vitamin,” tandasnya.
Muchsin kembali menegaskan, vitamin bukan doping. Suplemen vitamin hanya diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkan saja, seperti ibu hamil (umumnya mendapat tambahan vit. B-12), ibu menyusui, pekerja keras, orang sakit yang mengalami kekurangan vitamin, dan penderita anemia. Ibu hamil perlu tambahan vitamin karena kebutuhannya memang meningkat.
Masyarakat umum yang memang sehat tak perlu meminum multivitamin tambahan, sebab konsumsi makanan sehari-hari seharusnya sudah memenuhi kebutuhan vitamin.
Muchsin mencontohkan, orang-orang di pedesaan tetap sehat dan kuat beraktivitas naik turun bukit meski tidak mengonsumsi multivitamin. Ini karena mereka telah memperoleh kebutuhan vitaminnya melalui konsumsi makanan sehari-hari, baik dari beras, sayur-sayuran, buah.
“Apakah sekarang ada ibu hamil mengalami beri-beri karena kekurangan vitamin B? Jarang sekali. Juga tidak ada ibu hamil kurang vitamin C, karena Tuhan telah menyediakan vitamin yang dibutuhkan tubuh melalui makanan,” jelasnya.
Muchsin juga mengatakan tidak mungkin ada zat berbahaya dalam suplemen vitamin, sebab vitamin sifatnya co-enzim, hanya sebagai alat bantu dan membantu metabolisme. Kandungan dalam vitamin A, D, E, K larut dalam lemak, dan vitamin B dan C larut dalam air. Kalau kebanyakan mengonsumsi vitamin yang larut dalam air tidak berbahaya, karena akan dibuang melalui proses alami. Tetapi kalau kebanyakan vitamin yang larut dalam lemak ada risikonya, yaitu hipervitaminosis.
Muchsin menegaskan, yang perlu diperhatikan adalah jangan jadikan vitamin sebagai doping atau obat kuat. Vitamin juga tidak meningkatkan prestasi seperti sering diungkap dalam iklan. “Jadi tak perlu dibesar-besarkan. Tidak ada orang meninggal karena tidak minum multivitamin,” kata guru besar belatarbelakang pendidikan Spesialis Farmakologi UGM, S2 Kajian Administrasi Rumah Sakit UI Jakarta, dan S3 Ilmu Kedokteran OR Unair Surabaya.
Sumber : Yahoo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1. Tolong beri komentar
2. Follow blog duniafranz.blogspot.com
3. Jangan Lupa mampir lagi
4. Jangan Lupa Di Share Postingannya
5. Terima Kasih